Jumat, 11 Oktober 2013

Tugas 2

Bahasa gaul adalah salah satu gejala jurang pemisah antar generasi yang cukup gawat, karena disebabkan rasa kecewa, tidak puas, dan pesimitis, dengan kata lain frustasi. Hal ini bias dibuktikan dari beberapa kosakata yang mereka gunakan, misalnya kata-kata bokap, nyokap, mudir, tuwir, tajir, cintrong, bĂȘte, cembokur, mupeng, pedekate, salting, lekong, syaik, dan bow, yang sudah menjadi kosakata sehari-hari.

Pada proses kosakata bahasa gaul, dapat ditinjau dari dua segi, yaitu proses pembentukan pada tingkat fonem dan proses pada tingkat kata. Pada fonem terjadi perubahan dari diftong/au/dan/ai perubahan menjadi monoftong/o/dan/e. misalnya atau menjadi ato, kalau menjadi kalo, pakai menjadi pake. Pada proses ini terjadi pula gejala penghilangan fonem awal pada kata habis menjadi kata abis, sama menjadi ama, memang menjadi emang,dll.

Pada tingkat kata terdapat gejala akronim, misalnya kata bĂȘte “banyak trouble”, bigos “bikin gossip”, mupeng “muka pingin”, CLBK “cinta lama bersemi kembali”, ICP “ikatan cowok persolek”, PLN “pasaran lagi naik”. Dan masih banyak lagi kosakata yang diciptakan dengan maksud untuk memisahkan yang mengerti dan yang tidak mengerti. Beberapa kosakata tersebut sengaja dibentuk dengan menciptakan kosakata-kosakata baru maupun dengan cara menyimpangkan kosakata-kosakata lama menjadi makna baru.

Melihat kenyataan diatas bahwa pelajar sekarang lebih tertarik menggunakan bahasa gaul yang terkadang tidak mengerti oleh generasi sebelumnya, membuat guru cukup kesulitan untuk berkomunikasi secara baik dengan siswa. Ada beberapa kosakata yang tidak difahami oleh guru. Ini adalah bukti bahwa siswa lebih nyaman untuk membuat komunitas sendiri dan memisahkan diri dari komunikasi lain seperti guru dan orang tua mereka.

Suka ataupun tidak suka, bahasa gaul yang digunakan oleh siswa sekarang mempunyai fungsi dan tujuan yang beragam yang perlu kita apresiasi dengan baik. Melalui interpretasi penulis sendiri, fungsi yang dimunculkan dari penggunaan bahasa gaul yang pertama adalah sebagai alat untuk menyampaikan maksud secara emotif, contohnya : kata bow, so, cing, yap, deh, assoy. Fungsi yang kedua sebagai alat untuk menyatakn rasa hormat, contohnya : kata sohib, ente, afdol, liat, taon, boong. Fungsi yang ketiga adalah sebagai alat untuk menyatakan rasa solidaritas, contohnya : kata cinlok, orbek (orang beken), GR, ICP, amrik, matre, seleb, sekul. Bahasa gaul selain memiliki fungsi cermin kelmpok anak muda, juga memiliki fungsi komunikatif yang mengarah pada peningkatan ketrampilan berbicara dan membaca.

Untuk itu bahasa yang digunakan anak muda itu sangat dinamis, penuh gengsi dan cermin ekspresi diri. Kelahiran dan perkembangan bahasa gaul bukan saja merupakan peristiwa social, tetapi lebih penting lagi sebagai gejala social. Gejala itu tidak boleh dinafikan atau dianggap remeh, tetapi justru perlu diamati sebagai akibat dan cerminan dari satu kenyataan social.

Besarnya pengaruh bahasa gaul dikalangan anak muda perlu mendapat perhatian yang besar, karena penggunaan bahasa secara intensif dalam pergaulan akan menjamin penggunaan bahasa Indonesia umum yang lebih luas. Dengan demikian kosa kata bahasa gaul lebih tepat dikatakan sebagai benih atas kosa kata bahasa Indonesia baku dan akan menjadi sumber kata untuk bahasa Indonesia secara umum. Walaupun kosa kata bahasa gaul tersebut banyak menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia baku, tetap penggunaan dan penciptaan kosa kata bahasa gaul haruslah dihargai sebagai hasil kreativitas penutur bahasa.

Berdasarkan perkembangan bahasa gaul tersebut,kita semua berharap adanya pemakluman dan penyadaran bagi semua pihak atas bahasa yang diciptakan kelompok anak usia muda. Hendaknya memakai bahasa gaul dapat menciptakan kosakata bahasa gaul pada batas yang wajar dengan kesadaran bahwa bahasa tersebut dibentuk tidak sampai mengacaukan tindak komunikasi. Untuk itu perlu perhatian khusus melalui pendidikan atau pembinaan bahasa Indonesia pada anak muda.

Bahasa gaul Indonesia merupakan atau yang khas dan jarang dijumpai di Negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia.

Akar dari bahasa gaul adalah bahasa prokem. Kata prokem sendiri merupakan bahasa gaul dari preman. Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata dengan lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk memberikan kode kepada lawan bicara (kalangan dan juga menggunakan).

Contoh yang sangat mudah dikenali adalah dagadu yang artinya matamu. Perubahan kata ini menggunakan rumusan penggantian fonem, dimana huruf M diganti dengan huruf D, sedangkan huruf T dirubah menjadi huruf G. Sementara huruf vocal sama sekali tidak mengalami perubahan. Rumusan ini didasarkan pada susunan huruf pada aksara jawa yang dibalik dengan melompati satu barisuntuk masing-masing huruf. Bahasa ini dapay kita jumpai di daerah Yogyakarta dan sekitarnya.

Dewasa ini, bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia mrnjadi bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaaul merupakan dialek bahasa non-formal yang terutama digunakan disuatu daerah atau komunitas tertentu (kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama kamus pada bahasa gaul pada tahun 1999.

Solusi dari masalah ini :

                Solusinya adalah ditingkatkan kesadaran terhadap remaja tentang pentingnya menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar yang disosialisasikan mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi, agar anak-anak penerus bangsa tidak lupa dengan bahasa persatuanya masing-masing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar